Alkisah dalam shohih Bukhori dan Muslim diceritakan bahwa ada seorang "pelacur" yang menemukan seekor anjing yang sedang kehausan dan hampir menemui ajalnya di tengah padang pasir yang luas membentang dan sengatan panasnya matahari yang membakar. Lidahnya terjulur-julur menandakan haus yang tak tertahankan. Melihat hal tersebut muncullah rasa iba dalam hati sang pelacur sehingga ia tergerak untuk memberikan pertolongan pada anjing tersebut. Ia segera melepas sepatu yang dikenakanya, lalu tanpa mempedulikan bahaya yang mungkin terjadi, ia menuruni sumur yang curam untuk mengambil air dengan sepatunya dan diminumkan kepada anjing yang kehausan itu. Akhirnya anjing itu terhindar dari maut yang mengancamnya. Dalam riwayat itu diceritakan bahwa perbuatan ini diterima sebagai amal baik di hadapan Alloh, dan berkenan memasukkan wanita itu ke dalam surga-Nya.
Saudara-saudaraku,
Betapa indahnya kisah kasih sayang ini, sekecil apapun yang kita lakukan dan bahkan oleh wanita “tuna susila” kepada hanya seekor anjingpun bisa menjadi perantara menggapai surga-Nya. Dalam kehidupan ini terkadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain, ibarat seteguk air di padang gersang.
Saudara-saudaraku,
Ketahuilah! Bahwa kita diperintah-kan oleh Alloh untuk mengeluarkan sebagian dari harta kita sebagai prasyarat sebagai orang yang bertakwa (muttaqin). Pengeluaran harta dalam Al-Qur’an ada tiga karakteristik. Pertama, wajib dan harus dikeluarkan dengan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku, inilah yang disebut zakat. Kedua, sesuatu yang bukan zakat dan hati tidak merasa berat untuk mengeluarkannya karena memang mudah, yaitu berinfak di kala senang atau ada kelapangan rizki. Ketiga, infak yang tidak wajib, tetapi hati merasa berat untuk mengeluarkanya. Inilah infak yang paling sulit, berinfak di kala kondisi susah dan kesulitan rizki. Namun pahalanya sangat besar dan orang yang melakukannya mendapat pujian dari Alloh. Gambaran ini diungkap dalam surat Ali Imron: 134, sebagai ciri khusus bagi orang yang bertakwa, yaitu berinfak di kala senang dan susah.
Bahkan dalam surat Ath-Tholaq: 7, Alloh berfirman yang artinya, “… dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah ia memberikan dari harta yang diberikan Alloh kepadanya …”. Dari ayat tersebut, kita diperintahkan berinfak justeru saat lagi kesulitan uang. Subhaanalloh, Alloh tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Oleh karena itu, kalau kita sedang susah dan kesulitan keuangan maka bershodaqohlah dan berinfaklah, Alloh akan mendatangkan kemudahan dan rizki dari tempat yang tak terduga, dapat menolak bala’ dan kesusahan. Kalau seseorang banyak menolong orang lain, dia akan mendapatkan buahnya dengan banyak ditolong orang lain di kala kesulitan. Barangsiapa senang berinfak dan bershodaqoh di kala senang dan susah, pasti Alloh akan menolongnya, Walloohu fii “aunil ‘abdi maa kaanal ‘abdu fii ‘auni akhiihi, Alloh selalu menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya”. Bahkan di akhir ayat 7 dari surah Ath-Tholaq, Alloh meyakinkan terhadap orang-orang yang berinfak di kala susah dengan kalimat, … sayaj’alulloohu ba’da ‘usrin yusroo, Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.
Saudara-saudaraku,
Zakat, infak, dan shodaqoh merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horisontal. Oleh karena itu zakat, infak, dan shodaqoh memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia, terutama umat Islam, memiliki banyak hikmah, baik berkaitan dengan hubungan manusia dengan Alloh, maupun hubungan kemasyarakatan dengan manusia. Zakat, infak, dan shodaqoh merupakan ibadah maaliyah yang mempunyai fungsi kompleks sebagai bentuk pemerataan karunia Alloh, perwujudan solidaritas sosial, pembuktian ukhuwah islamiyah (persaudaraan islam), pengikat persaudaraan ummat, dan media penghubung antara golongan kuat dan lemah.
Sungguh kebanyakan diantara manusia tidak memahami betul manfaat Zakat, infak, dan shodaqoh, karena yang ada dalam pikiran mereka adalah ketakutan akan berkurang hartanya jika dikeluarkan untuk bershodaqoh atau berbagi dengan sesama yang kurang beruntung. Padahal Rosululloh SAW bersabda: “Siapapun yang dibuat kaya oleh Alloh dan tidak membayarkan zakat kekayaannya, maka pada hari kiamat kekayaannya akan diubah menjadi ular beracun dengan dua tanda hitam di atas matanya. Ular itu akan melilit lehernya dan berkata, ‘Akulah kekayaanmu, akulah hartamu’. Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan ayat (artinya): ‘Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan’. QS. Ali Imron: 180.” (HR. Bukhori).
Namun bagi orang yang beriman dan yakin akan janji Alloh, mereka tidak pernah merasa ragu dan khawatir untuk membelanjakan hartanya di jalan Alloh. Bahkan mereka meyakini bahwa apa yang mereka keluarkan akan dibalas dan diganti oleh Alloh dengan balasan yang berlipat ganda. Tidakkah kita sering mendengar ayat Alloh: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir (berbuah) seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh: 261)
Saudara-saudaraku,
Masihkah kita ragu dan sangsi dengan janji Alloh? Ataukah kita telah menutup mata hati kita dan berpaling dari ayat-ayat Alloh? Hati yang di dalamnya ada tauhid Alloh, mengerti tentang Alloh, mencintai-Nya, beriman kepada-Nya, dan membenarkan janji-Nya tidak akan pernah merasa ragu dan sangsi. Dan Alloh memberikan pertolongan-Nya kepada yang dikehendakinya. “Dan kemenanganmu hanyalah dari Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imron: 126)
Syetan tidak dapat mengganggunya kecuali dengan senjata yang dimilikinya, yang denganya ia masuk dalam hati. Dalam hati seperti ini syetan mendapati senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan, angan-angan dusta, dan ketakutan-ketakutan yang tak beralasan yang berada dalam hati.
Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya menetap dalam hati. Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang dapat mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan tipu daya syetan. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Alloh semata.
Saudara-saudaraku,
Tidak ada dalam sejarah di masa lalu dan yang akan datang, bahwa orang yang membelanjakan hartanya di jalan Alloh akan jatuh miskin. Kalau harta anda ingin berkembang dan bertambah terus, maka zakatlah…!!! Insya Alloh harta anda akan bertambah dengan banyak tawaran bisnis kepada anda. Dan kalau anda kesulitan keuangan, berinfaklah…!!! Insya Alloh akan banyak teman datang membawa rizki kepada anda. Dan kalau anda ingin terbebas dari bala’ dan musibah, bershodaqohlah…!!! Insya Alloh anda tidak akan tersentuh olehnya. Buktikanlah…!!! Dengan penuh keyakinan.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Oase
dengan judul Seteguk Air di Padang Gersang. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sdpancasila45.blogspot.com/2013/12/seteguk-air-di-padang-gersang.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
SD PANCASILA 45 - 27 December 2013
Belum ada komentar untuk "Seteguk Air di Padang Gersang"
Post a Comment
Beri Komentar!